Pada suatu hari diberitakan ada
keluarga Muslim yang mengalami musibah kematian. Rasulullah merupakan orang
pertama yang datang melayat ke rumah duka. Berikutnya, para tetangga, kerabat,
sanak famili, dan handai tolan, datang pula berduyun-duyun untuk menyatakan duka
dan belasungkawa. Dalam kerumunan para pelayat itu, Nabi menegaskan kembali misi
utama kerasulannya, yaitu membangun dan mewujudkan kasih sayang.
Dalam
kesempatan itu, Rasulullah SAW bersabda, ''Saudara-saudaraku, kalau ada di
antaramu seseorang yang mati meninggalkan harta, maka hartanya itu harus
dibagikan kepada ahli warisnya. Dan kalau ada yang mati meninggalkan utang yang
besar atau tanggungan keluarga yang banyak, maka hendaklah kalian datang
kepadaku, karena akulah penolong dan pelindungnya.'' (HR Muslim).
Apa
yang dilakukan dan ditunjukkan Nabi di atas tak lain adalah wujud dari kasih
sayangnya. Seperti dikemukakan, salah satu misi utama kerasulan beliau adalah
membangun dan mewujudkan kasih sayang bagi seluruh alam. Ini sesuai dengan
firman Allah SWT, ''Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi seluruh alam.'' (Al-Anbiya: 107).
Kasih sayang Rasul dapat
dilihat dari sifat-sifatnya yang sangat mulia. Sebagaimana disebutkan dalam
Alquran, beliau memiliki sifat lemah lembut kepada para sahabatnya, memaafkan
mereka, bahkan memohonkan ampun kepada Allah atas dosa-dosa dan kesalahan mereka
(Ali Imran: 159). Beliau juga pengasih dan penyayang. Firman Allah SWT,
''Sesungguhnya telah datang seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat mengharapkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,
amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.'' (At-Taubah:
128).
Menurut ulama besar Rasyid Ridha, ada tiga sifat Nabi yang sangat
utama berdasarkan ayat di atas. Pertama, kepekaan sosial (sense of crisis) yang
sangat tinggi, sehingga beliau dapat merasakan kesulitan dan penderitaan orang
lain. Kedua, semangat kemajuan (sense of achievement), sehingga beliau tidak
pernah berhenti berjuang dan bekerja keras untuk kemajuan dan kebahagiaan umat.
Ketiga, pengasih dan penyayang. Sifat yang ketiga ini juga merupakan sifat Tuhan
dan merupakan salah satu dari Nama-Nya Yang Indah (Asma' al-Husna).
Selanjutnya, Rasyid Ridha mengimbau kaum Muslim, khususnya para
pemimpin, agar meneladani sifat-sifat Nabi yang amat mulia itu. Menurut Ridha,
seorang pemimpin, baik pemimpin masyarakat apalagi pemimpin bangsa dan negara,
wajib hukumnya memiliki tiga sifat Nabi seperti disebutkan di atas. Alasannya,
menurut Ridha, tanpa tiga sifat itu seorang pemimpin tidak akan pernah
memikirkan kepentingan dan kesejahteraan umat.
Kasih sayang memang tak
cukup hanya diucapkan, tetapi harus dibuktikan. Sebagaimana Rasulullah telah
membuktikannya, maka setiap Muslim, setingkat dengan kemampuan yang dimiliki,
harus berusaha mewujudkan kasih sayang itu dalam kehidupannya, sehingga
kehadirannya di tengah-tengah masyarakat benar-benar dirasakan sebagai rahmat
bagi seluruh alam. Wallahu a'lam.
Oleh : A Ilyas Ismail
Publikasi: 26 April 2005
Allahumma shalli'ala muhammad..
BalasHapusAllahumma Shalli'Ala Sayyidina Muhammad.. :)
Hapus